Rabu, 14 Juli 2010

Refleksi Pribadi - Ketenangan Jiwa

Hidup kadang terasa sangat menakutkan, tetapi jika kita sudah menjalaninya dengan apa adanya, maka tidak akan terasa lagi apakah hari ini kita berada pada masa buruk atau tidak. Menjaga supaya emosi tetap terkontrol, menjaga sikap dan kata – kata adalah hal penting yang harus dilakukan supaya kita tidak berada pada masa buruk yang berkepanjangan. Sikap positif, mencoba untuk memaklumi semua hal dan mencoba untuk melihat masalah dari sisi yang lain sangat penting untuk menggapai ketenangan diri kita sendiri.

Terus – menerus berpikiran negative tentang orang lain, berpikir menurut emosi dan melihat segala sesuatunya dari sisi negative, hanya akan membuat hati dan jiwa kita semakin terpuruk, semakin terasa menyakitkan dan menambah beban jiwa.

Ketika kita berada di tempat dan situasi yang tidak kita sukai, sedapat mungkin kita mencoba untuk dapat menerima hal itu tanpa kita sendiri terjun ke dalam situasi tersebut. Lihatlah hal yang tidak kita sukai tadi dari sisi pandang yang berbeda, demi sebuah kerukunan dan kenyamanan meski kita sendiri tidak akan menerjunkan diri ke hal negative yang sudah kita suling menjadi positif tadi.

Sebagai contoh jika ada seseorang yang berkata kepada kita “ Kamu itu memang nyebelin kok !”, jika kita merespon kalimat dan pernyataan itu dengan emosi dan pikiran negative, bisa saja yang ada dalam pikiran kita adalah ‘Memangnya kamu siapa kok berani – beraninya ngomong begitu ? Apa salah aku sama kamu kok kamu bilang begitu ?” Dan dapat ditebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tetapi jika kalimat dan pernyataan itu kita lihat dari sisi yang lain tanpa emosi, maka yang ada di benak kita hanyalah “oo kamu itu memang suka bercanda “ dan kita dapat menimpali kembali pernyataan itu dengan canda sehingga akhirnya kalimat yang tadinya bernilai negative , dapat berubah menjadi bernilai positive.


Masalah – masalah yang sering kita dapat sebenarnya merupakan masa pembelajaran kita untuk bisa lebih dewasa. Kita diberi masalah dan sebenarnya kita juga diberi kesempatan untuk mengembangkan diri, belajar lebih tenang dan dewasa.

Misalnya setiap hari kita kehujanan, lama – lama kita akan mencari cara bagaimana supaya kita tidak kehujanan. Saat itu kita hanya memiliki sebuah payung yang sobek dan kita tidak memiliki uang untuk membelinya. Sementara semua teman memiliki payung yang bagus. Jika kita mengijinkan emosi melingkupi diri kita maka kita hanya akan berpikir “Huh kok aku hanya punya payung satu, sudah sobek pula. Malu – malu in aja”. Yang akan terjadi kemudian adalah kita akan mendapati bahwa jiwa kita merana. Tetapi jika kita memandang masalah itu dengan tenang dan dewasa maka kita akan berkata kepada diri kita “ Gak apalah payungku sobek, yang penting aku tidak kehujanan “ dan jiwa kita akan tetap tenang.


Ketenangan , kedamaian dan kebahagiaan itu datang dari diri kita sendiri dan hanya kita yang dapat mewujudkan, bukan tergantung kepada orang lain. Seburuk apapun sikap orang lain kepada kita, hal itu tidak akan berpengaruh jika kita sudah menemukan dari sisi mana kita akan melihatnya dan kemana kita akan melangkah. Jangan memancing emosi kita sendiri atau hal – hal lain yang akan membuat kita jatuh dan sedih karena hal itu hanya akan membuat kita terpuruk.

Demikian juga sebaliknya , kita tidak dapat mengontrol hidup orang lain bahkan anak dan suami/istri kita sekalipun. Hidup kita adalah mutlak milik kita, kita sendiri yang dapat menentukan akan dibawa kemana hidup kita. Membuat orang lain bahagia adalah hal yang abstrak, yang dapat kita lakukan hanyalah apakah dia bahagia dengan tindakanku , dengan keberadaanku. Kadang apa yang kita pikir apa yang kita lakukan dapat membuat orang lain bahagia , malah membuat orang itu tidak nyaman. Misalnya ketika kita memberi perhatian kepada orang yang kita sayang dengan pertanyaan – pertanyaan “ Kamu sudah makan ? Bagaimana keadaan kamu hari ini ? Kerja yang baik ya ..” . Buat kita, pertanyaan – pertanyaan yang kita ajukan adalah sebagai ungkapan perhatian kita, tetapi bisa saja orang tersebut menganggap pertanyaan – pertanyaan itu sebagai sebuah kebawelan “Sudah tahu aku masuk kerja kok masih ditanyakan bagaimana keadaan ku hari ini “. Ujung – ujungnya orang tersebut tidak mau menjawab pertanyaan kita dan kita merasa dicuekin. Kadang kita terlalu suka mengikuti apa yang kita pikirkan dan menganggap bahwa apa yang kita pikirkan itu adalah hal benar, sehingga akhirnya kita menjadi ‘sotoy dan asbun’. Dan akhirnya dari sikap sotoy dan asbun kita, dapat membuat orang lain terluka.

Hidup adalah belajar, dan Kita dapat belajar dari masa lalu. Dengan belajar dari masa lalu , kita akan dapat memahami dan mengerti akan kesalahan sendiri. Selama kita belum mau mengerti akan kesalahan kita dan tidak merasa bahwa kita salah, kita tidak akan pernah bisa memahami dan membahagiakan siapapun. Dengan mengerti dan memahami akan kesalahan kita, kita dapat selangkah lebih maju untuk membuat hidup kita dan orang lain menjadi bahagia. Lupakanlah masa lalu yang buruk dan terimalah dengan baik dan ikhlas. Memikirkan masa lalu yang buruk hanya akan menyakitkan dan menimbulkan dendam dan luka. Jadikanlah masa lalu yang buruk sebagai batu loncatan untuk proses pembelajaran diri.

Segala sesuatu akan indah pada waktunya ketika kita mau menyerahkan diri seutuhnya pada kehendakNya. Tidak memaksakan kehendak, tidak memaksakan diri untuk melakukan sesuatu di luar batas kemampuan kita saat ini. Tetapi mencoba bersabar dan menunggu hingga saat yang kita inginkan tiba ,akan jauh membawa hasil yang lebih baik dan membuat hidup kita tenang.




Temanggung, 16 Maret 2009



Refleksi pribadi setelah mengalami masa – masa buruk selama hampir tiga bulan yang membuat jiwa kering dan kehabisan ide untuk menulis.

Tidak ada komentar: