Kamis, 07 Oktober 2010

Kau di Hatiku Selamanya

Aku sedang mengamati penumpang yang berdatangan sambil menunggu pesawat untuk tinggal landas, ketika aku melihat sosok yang begitu aku kenal. Pria itu sedang menuju kursinya, tepat dua baris di depanku. OMG, tiba – tiba jantungku berdebar tak menentu. Dengan gemetar, kuambil majalah dari kantong kursi di depanku dan kuletakkan ke wajahku.Tuhan, semoga dia tidak melihatku. Begitu doaku dalam hati. Beberapa detik, kuturunkan majalah sedikit dari wajahku, bermaksud untuk mengintip apakah situasi sudah aman buatku untuk menyingkirkan majalah itu dari wajahku. Kutarik nafas lega begitu aku melihat sosoknya sudah duduk di kursi.

Kuamati sosok itu diam – diam dari tempat dudukku, sosok itu masih terlihat tegap dan kekar dengan tampang cool nya yang membuat banyak cewek berusaha menarik perhatiannya. Di bahu nya itulah dulu aku suka menyandarkan kepalaku saat menikmati waktu berdua bersamanya. Tertawa bersama, mengisi waktu luang bersama. Walaupun aku sering menggigit bibir jika aku melihat dia sedang dikelilingi oleh cewek – cewek yang berusaha menarik perhatiannya. Cewek – cewek cantik dan kaya yang pantas untuk bersanding dengannya dibandingkan aku. Tetapi lagi – lagi dia bisa meyakinkanku bahwa hanya ada aku di hati nya.

Tiba – tiba hatiku terasa perih, sangat perih..kenangan menyakitkan itu muncul lagi , saat dimana orang tuaku berusaha memisahkanku dari Bram. Ya, nama pria itu Bram. Orang tuaku memaksaku pulang kampung untuk dijodohkan dengan anak dari salah seorang kerabat. Semakin kuat aku mempertahankan Bram, semakin gigih pula orang tuaku memisahkanku dari Bram. Pertengkaran demi pertengkaran terjadi diantara kami. Hingga akhirnya orang tuaku menghadapkanku pada pilihan yang sulit, antara memilih mereka atau memilih Bram. Tak mau dikatakan anak durhaka, akhirnya aku memilih untuk mengikuti mereka dengan satu syarat. Aku akan pulang jika aku diijinkan untuk menemui Bram untuk terakhir kalinya.

Pertemuan terakhir dengan Bram cukup singkat karena aku hanya diberi waktu 5 menit sebelum aku boarding. Tak ada kata perpisahan, tak ada pelukan karena aku tak mau dia melihatku bersedih dan semakin sulit melepasku. Kukeluarkan sebungkus kado dari dalam tasku dan kuberikan kepada nya sebelum aku meninggalkannya. Deg…aku teringat baju yang tadi dikenakan Bram . Bukankah itu kado perpisahan dariku? Ternyata Bram masih menyimpannya hingga kini. Apakah itu berarti Bram juga masih menyimpanku di hatinya ? Apakah Bram masih mencintaiku.? Ingin kupanggil dia dan kutanyakan hal itu kepadanya sambil merebahkan dadaku di pelukannya seperti yang dulu sering aku lakukan. Dada yang selalu membuatku merasa hangat dan nyaman..

Plok…waduh apa yang aku pikirkan tadi? Dia hanya bagian dari masa lalu, yang gak akan mungkin bisa kembali. Aku sudah berbahagia sekarang dengan keluargaku. Aku memiliki keluarga yang harmonis, walaupun jujur saja aku tidak pernah bisa menghilangkan dia dari hatiku. Ssst …jangan bilang – bilang yah kalau aku masih menyimpan orang lain di hatiku…Capek dan lelah sebenarnya harus membohongi diri sendiri dan orang lain selama bertahun – tahun kalau sebenarnya aku masih mencintai Bram. Masih menyimpan namanya di lubuk hati ku yang paling dalam.

Tak terasa pesawat sudah mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno Hatta. Para penumpang bergegas menurunkan barang – barang mereka dari bagasi sambil menunggu pintu pesawat terbuka. Aku masih tetap di tempat dudukku dengan majalah menutupi wajahku, menunggu hingga semua penumpang turun dari pesawat. Berharap tidak berjumpa dengan Bram. Tak kupedulikan orang – orang yang memandangku dengan tatapan heran. Beberapa saat kemudian kuturunkan majalah dari wajahku setelah tidak ku dengar langkah – langkah kaki. Dan ternyata…bram sedang berdiri di depanku dan memanggil namaku ..

”Richard…!”


Temanggung, 7 Oktober 2010