Rabu, 14 Juli 2010

Apatiskah Kita ?

Belakangan sering kali terdengar kata ‘apatis’.Sebenarnya apa sih apatis itu ? Apatis yang dalam bahasa Inggris nya Apathy, berasal dari kata yunani a-pathos yang artinya tanpa perasaan. Orang yang apatis adalah orang yang cuek , tidak peduli dengan urusan orang lain, tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Orang menjadi bersikap apatis jika dia seringkali terpuruk pada suatu keadaan dan tidak melihat akan adanya perubahan yang nyata. “Ah, paling hasil nya juga gitu – gitu aja, sama seperti yang sudah – sudah. Ga perlu rajin - rajin lah, ga ada gunanya juga “ , biasanya akan terucap kalimat seperti itu. Apalagi jika ke apatisan itu kemudian ditambah dengan sikap tidak menyenangkan dari teman, keluarga atau atasan yang berhubungan dengan keadaan itu. Maka sudah dapat dibayangkan apa yang akan terjadi pada orang tersebut…jatuh, jatuh dan jatuh semakin dalam.

Hal tersebut tidak berbeda jauh dengan keadaan orang yang sering terluka, sering disakiti. Lama kelamaan akan menjadi apatis juga. Ketika dia mengharapkan perubahan dari keadaan yang ada tetapi hal itu tak kunjung tiba, yang ada keadaan hati orang tersebut menjadi semakin terpuruk sehingga dia enggan untuk menerima rasa kasih lagi. Rasa kasih sebagai lawan dari kata peduli. Dimana ada kasih, disitu pasti ada rasa peduli. Orang yang sudah tidak peduli lagi terhadap keadaan seseorang atau lingkungan sekitarnya, berarti orang tersebut sudah enggan untuk menerima dan berbagi kasih dengan orang atau keadaan tersebut.

Sikap apatis, putus asa adalah merupakan hal yang wajar dan normal dalam kehidupan manusia. Tetapi memelihara rasa itu terus menerus adalah sebuah kesalahan besar, karena hal itu akan menghambat kita untuk maju. Terus terpuruk pada ke pesimisan tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik untuk diri kita. Cobalah untuk bersikap optimis dan yakin bahwa keadaan akan berubah ke arah yang lebih baik Mengurangi bahasan – bahasan yang sekiranya hanya akan membuat kita semakin terpuruk, menghilangkan pikiran – pikiran negative tentang keadaan yang akan terjadi, karena kita sendiri tidak tahu pasti apa yang akan terjadi nanti. Jika kita terus berpikiran negative tentang sesuatu, maka itulah yang akan terjadi. Karena pikiran akan berpola pada sikap kita juga.

So, pilihan ada pada diri kita sendiri. Apakah akan terus memelihara sikap apatis atau kita akan mencoba bangkit dengan secuil harapan bahwa keadaan akan berubah ke arah yang baik ? Monggo…………

Temanggung, 18 Juni 2010

Tidak ada komentar: