Rabu, 14 Juli 2010

Monolog

Sore ini hujan rintik – rintik membasahi bumi tempatku berpijak. Sebagian orang segera mempercepat jalan dan laju kendaraannya untuk menghindari hujan dan segera tiba di tempat tujuan. Sebagian lagi segera mencari tempat untuk berteduh. Sedangkan aku dengan langkah pelan menikmati dan membiarkan air hujan yang pelan tapi pasti mulai membasahi rambut dan badanku. Entah sudah beberapa puluh tahun tak kulakukan kegiatan ini.

Bau tanah basah dan kesejukan yang tercipta karena hujan, selalu membawa ingatanku akan seseorang yang jauh di sana. Seseorang yang tak bisa kumiliki, tetapi selalu hadir dalam hati dan pikiranku. Seseorang yang kehadirannya selalu aku nantikan.

Dalam rintiknya hujan, aku biarkan air mata jatuh dan membaur bersama air hujan yang membasahi tanah tempatku berpijak. Air mata yang selalu tertumpah setiap kali aku mengingat dan menginginkannya. Ada kesedihan yang mencuat dari dalam hatiku, ketika aku menyadari bahwa rasa itu hanya fatamorgana. Begitu menyakitkan menyimpan semua rasa itu sendiri, tanpa berani mengungkapkannya kepada siapapun ,bahkan kepada dia sekalipun. Menyimpan semua rasa dan menikmati nya sendiri .Kenapa kamu harus menyimpan semua rasa itu sendiri? Berbagilah dengan dia, setidaknya itu bisa membuatmu lega. Hati kecilku berbisik dan bertanya kepadaku. Hummmm berbagi dan mengungkapkannya? Bukan aku tidak mau, tetapi hal itu pernah kulakukan dan hanya sia – sia. Dia tidak pernah mau mengerti akan semua rasa itu. Lebih baik aku pendam daripada aku membiarkan diriku terluka lagi. Aku pendam dan aku biarkan semua rasa itu menguap dengan sendirinya seperti parfum yang akan lenyap tertiup angin.

Benarkah kamu ingin agar semua rasa itu menguap? Lagi – lagi hati kecilku menyelidik. Ya, karena ga ada gunanya juga aku pertahankan semua rasa itu. Karena rasa cintaku tidak dapat membawa dia ke keadaan yang lebih baik, dan kehadiranku tidak berarti buatnya. Jadi, buat apa aku tetap simpan semua itu kalau aku tidak berguna baginya? Kalau semua usaha dan kata – kata ku tidak pernah dia hargai. Dan akhirnya hanya menorehkan luka ,luka dan luka.

Tetapi kalau kamu memendamnya, itu tidak akan merubah keadaan, dia tidak akan pernah tau tentang hal ini. Hati kecilku mencoba menasihatiku. Apakah masih ada gunanya dia mengetahuinya? Biarlah dia tetap menjadi dirinya dan bahagia dengan keadaannya sekarang tanpa perlu peduli padaku.

Rintik hujan sudah mulai sirna, kuusap air mata yang masih tersisa di pipi. Kutegakkan kepala dan mencoba untuk tersenyum…masih adakah rasa cinta itu? Entahlah…biarlah waktu yang menjawabnya…


temanggung, 18 Juni 2010

Tidak ada komentar: