Rabu, 10 Februari 2010

Ketika keinginanku bukan kehendakNya

Aku terpana ketika aku melihat sosok yang aku kenal tepat berada di hadapanku. Ingin rasa nya aku menyapa dia, tapi ada kebimbangan yang membuat langkahku surut. Benarkah sosok itu adalah Tasia? Orang yang selama ini aku cari dan selalu hadir dalam mimpiku.

Ups….tiba – tiba sosok mungil itu membalikkan badannya dan aku merasa badanku melayang ketika aku melihat wajahnya….Benar, itu adalah Tasia…aku pejamkan mataku dan kemudian aku buka….Ya ampun, itu benar – benar Tasia…Tubuhku serasa kaku ketika dia menghampiri ku dan mengulurkan tangannya…

“Michael, benarkah kamu Michael ? “

“Iya benar, Tasia ….Sudah 5 tahun kita tidak berjumpa ya…Kamu sudah jadi wanita dewasa sekarang..aku hampir tidak mengenalmu tadi.”

Perasaanku begitu kacau, jantungku berdetak kencang…Ingatan masa lalu melintas kembali dalam benakku…Sudah lama aku memendam rasa itu dan mencoba menghilangkannya..Berawal dari kedekatan kami di bangku kuliah dulu, semula aku hanya ingin bersahabat dengan sosok mungil yang sederhana dan selalu terlihat ceria itu. Sosok mungil yang tidak pernah sedih dan bisa mengubah suasana menjadi menyenangkan. Tetapi semakin lama aku mengenal dia, semakin besar pula rasa sayang ku ke Tasia. Aku menyadari bahwa perasaan ini melebihi perasaan seorang sahabat.

Banyak hal yang sudah kami lewati bersama. Kenangan yang tak terlupakan adalah ketika kami naik gunung. Kami mulai naik setelah teman – teman selesai sholat magrib. Dengan berbekal lampu senter, kami mulai mendaki perlahan – lahan. Jalan setapak yang licin dan jurang di kanan kiri mengharuskan kami untuk selalu waspada dan lebih berhati – hati. Ketika kulihat Tasia sudah mulai kewalahan dengan pendakian ini, aku putuskan untuk beristirahat sejenak di base camp yang ada di tengah perjalanan sebelum mencapai ke puncak. Kami tiba di base camp sekitar pukul 11 malam. Tasia terlihat begitu kelelahan walaupun dia mencoba menutupinya dengan senyum seperti biasa. Aku hampiri dia ketika dia sedang duduk sendiri di samping base camp.

“Minum jahe hangat dulu Tasia untuk menghilangkan penatmu”, kataku sambil menyerahkan secangkir jahe hangat.

“Tenkyu Michael “

Aku sekilas melihat Tasia meringis kesakitan.

“Kamu baik – baik saja , tasia ?”

“Ya, aku baik – baik saja, Michael. Mmm hanya merasa pusing sedikit, but dont worry. Aku sudah biasa mengalami ini”

“Lebih baik kamu tidur dulu Tasia, sampai rasa pusing itu hilang supaya kita bisa mencapai puncak sebelum matahari terbit. Sini, aku akan jaga kamu”

Kemudian Tasia meletakkan kepalanya di bahuku dan tertidur.

“Tuhan, seandainya aku boleh meminta..Aku minta waktu berhenti sampai disini , karena aku tidak ingin melepaskan pelukan ini.”

Jam 2 dini hari kami kembali melanjutkan perjalanan ke puncak. Jalan yang terjal dan dinginnya malam tidak mengurangi semangat kami. Kami ingin secepatnya sampai di puncak sebelum matahari terbit.

Tepat jam 5 pagi, kami tiba di puncak. Matahari masih malu – malu untuk keluar dari peraduannya. Indahnya bisa melihat matahari terbit di puncak bersama orang yang aku sayangi. Saat itu benar – benar tidak bisa aku lupakan.

Ketika perasaan sayang itu semakin kuat, ada suara teguran dalam hati ku….”Michael, bukankah kamu ingin hidup membiara ? Bukankah kamu ingin menjadi pelayan Kristus ?” Bimbang, aku tidak tahu suara hati mana yang harus aku ikuti…aku ingin melindungi Tasia, aku ingin mendampingi Tasia…tapi aku juga ingin menjadi pelayanNya.

Akhirnya aku putuskan untuk pergi ke Amerika, meninggalkan bangku kuliahku , untuk mencari kehendakNya. Setelah 3 tahun di Amerika, aku putuskan untuk kembali ke Indonesia dan mencari Tasia. 2 tahun dalam perncarian, dan sekarang Tuhan mempertemukan aku kembali dengan Tasia. “Tuhan, apa yang Engkau kehendaki dari pertemuan ini ? Apakah ini jawaban dari doa – doa ku selama ini? “

Tepukan Tasia membuyarkan lamunanku.

“Kamu sedang apa disini Michael ?”

“ Aku mengantar adikku yang akan kuliah ke America. Kamu sendiri ngapain disini Tasia? Mengantar siapa?”

“Aku mengantar pamanku yang kemarin berlibur di Indonesia”

Lagi – lagi jantungku berdegup kencang ketika aku menatap wajah manis Tasia. Wajah itu tidak banyak perubahan walaupun sudah bertahun – tahun tidak berjumpa. “Tuhan, aku ingin sekali memeluk dan melindunginya”

“Ma, ayo kita pulang Ma….Papa sudah menunggu di mobil” suara anak kecil mengajakku kembali ke alam nyata.

“Yup, ayo kita pulang sayang…Michael, aku pulang dulu yah…senang sekali bisa berjumpa lagi denganmu…”

Aku memandangi kepergian Tasia dengan pandangan kosong….Terima kasih Tuhan , Engkau sudah menunjukkan jalan buatku, sekalipun jalan itu membuatku kecewa. Tetapi aku yakin ini adalah yang terbaik dan aku akan tetap simpan kamu di tempat istimewa dalam hatiku, Tasia..Karena kamu adalah perempuan yang istimewa buatku.

Tidak ada komentar: